bokep indo, bokep jepang, bokep melayu, bokep malaysia, bokep bocil, bokep indo viral, bokep warm, bokep montok, bokep jepang warm, bokep enak, memek enak, memek lembut, kontol ngaceng, kontol kuda, kontol pria

Selamat malam sobat Ngocokers, selamat menjalankan ibadah puasa tahun 2025. Mari kita jalani Ramadan ini dengan hati yang tulus dan semangat dengan penuh keikhlasan.

“Pak ada telepon, katanya dari Lia teman bapak,” kata operator.

“ Hallo ini kak Agung ya, “ suara di ujung telepon.

“ Ya siapa ini, ya,” tanyaku masih belum mengenali suara itu.

“ Ini Lia,kakaknya Merry, temennya Ade, ingat nggak,” suara agak cemas di ujung sana mencoba membangkitkan memoryku.

Aku baru ingat setelah disebutkan serangkaian nama-nama. Lia adalah salah seorang “mainanku” pada waktu itu. Lia kukenal sekitar 22 tahun lalu, makanya aku agak lupa ketika operator menyebutkan nama Lia. Nama itu kan cukup banyak, aku mengenal nama Lia ada beberapa orang.

“Eh apa kabar, di mana kamu sekarang, apa masih di Kalibata,” tanyaku.

“ Iya masih, kak ketemuan dong,” pintanya.

Aku langsung memutuskan untuk bertemu sore ini selepas jam kerja di Kalibata shopping mall.

Tidak lama setelah aku duduk dan sedang menyeruput kopi muncul wanita setengah baya dan rombongannya.

“ Kak Agung ya,” kata salah seorang dari mereka.

“ Ya, ini Lia kan,” tanyaku sambil menyalaminya.

Satu persatu kemudian anggota rombongan itu menyalamiku. Lia mengingatkan aku pada Merry adiknya. Aku masih ingat raut wajahnya. Merry tersenyum-senyum. Lalu seorang gadis ABG manis adalah anak Merry.

“Sekolah kelas berapa,” tanyaku.

“ Kelas eight oom,” jawabnya.

“Anak Merry ini sekarang product lho kak, anakku juga, lumayan buat tambah-tambah uang jajan, “ kata Lia yang menunjuk anak laki-lakinya berumur sekitar ten tahun.

“ Ih kak Agung masih gini-gini aja, kayaknya nggak tua-tua, apa sih resepnya, daun muda ya,” kata Lia nyrocos.

Aku lalu menanyakan teman-temannya dulu yang pernah “kupakai”.

“Ade sekarang di Bali udah janda dia. Lakinya orang bule meninggal, warisannya banyak. Ade katanya mau ke Jakarta, tangal 28 nanti.” jelas Lia.

Berarti sekitar seminggu lagi.

“ Shinta juga sudah jadi janda. Lakinya dulu Jepang, sekarang dia punya usaha mebel. Kakaknya Niken sudah punya anak 4 sekarang dia pakai jilbab. Si Sarah tinggal di Bekasi, nggak jelas sudah janda apa masih punya suami, dia tinggal di rumah ibunya.

Sari temennya Ade tinggal di Bintaro, udah kawin tapi belum punya anak sampai sekarang,” Lia menjelaskan posisi terakhir teman-temannya yang kukenal.

“Eh lupa si Shanti entah kemana sekarang gak jelas, dulu padahal dia cantik banget ya kak,” kata Lia.

Kami ngobrol kangen-kangenan.

“ Kak cari in task dong buat Cindy,” sela Merry menunjuk anak ABGnya.

“ Work apa dia kan masih kelas 2 SMP,” tanyaku.

“ Ya product-design iklan apa kek, atau major sinetron,” rengek Merry.

“Wah saya nggak punya relasi bidang seperti itu lagi sekarang, tapi cobalah nanti kalau ada kawan yang punya advertising and marketing,” jawabku sekenanya.

Cukup lama kami bercengkerama kangen-kangenan. Aku berjanji melakukan pertemuan lagi saat Ade sudah di Jakarta.

Ade kemudian mengontak no HP ku setelah diberitahu Lia. Dia mengatakan jadi ke Jakarta tanggal 28 nanti. Aku lalu meminta semua teman-temannya dulu berkumpul untuk makan siang pada tanggal 29 nya yang kebetulan jatuh pada hari Sabtu.

Aku mencari catatan buku harian kenakalanku di laci. Untung ketemu. Di buku itu semua kucatat peristiwa-peristiwa penting, termasuk tanggal-tanggal aku memerawani Lia dan kawan-kawannya. Ingatanku jadi menerawang ke masa lalu.

Aku ingin membuat kejutan pada pertemuan kami nanti. Paling tidak mereka menerima kenang-kenangan dari ku. Pikiran nakalku mulai bangkit. Yang kucari apa simbol penjebolan perawan.

Simbol itu nanti akan kubuat sebentuk liontin emas. Terpikirlah bentuk hati, tetapi ditengahnya berlubang mengikuti bentuk garis luarnya dan kayaknya kalau dibalik dengan bagian lebar yang dibawah dan di ujung atasnya ada sedikit tonjolan agak unik juga.

Maksudku ini adalah gambar memek dengan clitoris di atasnya. Okay kayaknya cocok. Dibelakangnya ditulis hari dan tanggal mereka menyerahkan keperawanannya ke padaku. Sip deh dan komplit.

Aku segera ke toko emas dan memesan 7 liontin dengan bentuk yang kuinginkan. Mereka menyanggupinya, tetapi tidak bisa selesai dalam seminggu untuk liontin sebanyak itu. Dalam 5 hari baru bisa jadi 2 liontin.

Aku berpikir sebentar, Alright gak masalah. Aku lalu minta tukang emas menggambar dan ukuran besarnya. Aku menekankan agar dibuat dari emas 22 karat dengan berat 5 gram.

Setelah disepakati harganya, aku minta gambaran liontin yang akan dibuat. Selanjutnya aku mendatangi beberapa toko emas lain untuk membuat liontin seperti keinginanku yang digambar itu. Akhirnya dalam waktu five hari aku bisa memperoleh 7 liontin sesuai disain yang kuinginkan.

Sekembali dari toko emas ketika aku duduk di meja kerjaku, aku termenung, rasanya liontin emas itu masih kurang sebagai tebusan kenakalanku di masa lalu. Kayaknya kalau mereka dipersatukan lagi dengan sebuah ikatan, menyenangkan juga kayaknya.

Aku lalu terpikir membentuk PT dengan saham dipegang oleh 8 orang termasuk diriku. Tentunya modalnya dari aku semua. PT kami sepakati dengan PT Tujuh Dara Agung.

Uang bagiku sekarang tidak terlalu masalah sejak banyak mendapat keuntungan dari bermain saham dan valas. Gajiku di kantor sebagai direktur mungkin hanya seperseratus perolehanku di bursa. Aku tetap bertahan kerja di kantor ini, karena aku senang dengan kesibukan dan paling tidak ada statuslah.

Pada hari yang dijanjikan aku sudah menyiapkan meja untuk fifteen kursi di restoran masakan Thai di bilangan jalan Sudirman Jakarta

Aku memilih tempat di tengah agar enak ngobrol ke kanan dan kekiri. Pertama muncul adalah rombongan Lia. Bersama dia adalah adiknya Merry dan anaknya Cindy dan anak laki-laki Lia yang berumur 10 tahun, Kevin, Ade dan Sari.

Kami salaman dan cipika-cipiki. Tidak lama kemudian muncul Shinta dan kakaknya Niken yang mengenakan jilbab. Shinta juga membawa anak gadisnya yang memperkenalkan diri dengan nama Mala. Katanya umurnya sixteen tahun, cukup ayu.

Niken datang tanpa buntut. Sedang cipika-cipiki muncul lagi Sarah dia juga membawa buntut seorang gadis yang memperkenalkan diri bernama Dinda katanya bulan depan genap 17 tahun.

Meja kami jadi ramai.

Aku diapit Ade dan Sari, didepanku Lia, Merry, Sarah, Shinta dan Niken. Selebihnya adalah anak-anak mereka.

Aku sudah memesan established menu, sehingga kami tidak perlu menunggu lama hidangan langsung di sebar di meja. Banyak cerita yang lucu-lucu di masa lalu mereka ceritakan.

Ada sebagian yang masih aku ingat, ada yang sudah lupa juga. Entah apa yang mereka ceritakan mengenai diriku kepada anak-anak mereka, tetapi dalam obrolan di meja panjang ini mereka ngablak aja bercerita tentang masa lalu.

Kelihatannya Shinta, Niken dan Sarah agak kikuk sehingga kesanku dia Jaim (jaga picture). Mereka semua sudah asli seperti emak-emak. Hanya Ade dan Sari yang kelihatannya tidak setua yang lainnya. Apa karena keduanya gak punya anak sehingga badannya tidak membengkak dengan timbunan lemak dimana-mana.

Aku lalu menjelaskan kayaknya kumpulan seperti ini harus dilestarikan. Mereka setuju dan mengusulkan buat arisan tapi kumpulnya three bulan sekali, Yang lain keberatan, apalagi Ade yang tinggal di Bali. Berbagai ide mereka lontarkan tetapi tidak ada yang dicapai kesepakatan.

Aku melontarkan ide. Ketika aku berbicara mereka semua diam dan menyimak. Ide ku membentuk perusahaan dengan saham sama besarnya diantara 8 orang. Perusahaan bergerak di bidang apa, tanya mereka.

Aku melontarkan gagasan perusahaan itu menjalankan usaha waralaba dengan four macam waralaba, yaitu minimarket, apotek, lembaga pendidikan tinggi dan bimbingan belajar.

“Wah banyak amat, modalnya dari mana, kami mana punya duit,” protes mereka.

Soal modal kujelaskan kepada mereka tidak perlu dikuatirkan, itu bisa dicari, yang penting semua sepakat dulu. “ Kalau kita sih kayaknya setuju-setuju aja,” kata mereka sambil saling melihat rekannya kiri kanan.

Aku lalu mengutarakan bahwa perusahaan itu bisa menjadi sumber pendapatan para pemegang sahamnya dan mungkin juga bisa menjadi tempat magang atau malah menjadi lapangan kerja bagi anak-anak.

Akhirnya mereka setuju dan meminta aku yang membereskan semua mulai dari perizinan, modal sampai menemukan usaha-usaha waralaba yang tadi aku sebutkan. Aku lalu meminta persetujuan mereka untuk satu hari menghadap notaris untuk menandatangani akte pendirian usaha.

Di akhir pertemuan aku menyerahkan kenang-kenangan liontin. Mereka penasaran lalu membukai kotak perhiasan. “Bentukya aneh nih,” kata Shinta

“ Kak Agung nakal nih, sifat isengnya gak ilang-ilang, “ kata Lia sambil berbisik ke kiri kanannya. Dia menceritakan bahwa bentuk liontin itu adalah gambaran dari memek dan itilnya. Akhirnya semua tertawa dan senang.

.Pada hari yang dijanjikan mereka berkumpul di kantor notaris yang aku tunjuk di daerah Menteng. Kami masing-masing memegang saham 12,five%. Tentunya untuk itu semua aku yang membiayai termasuk saham mereka aku yang mengisinya.

PT telah terbentuk dan sebagian dari mereka ada yang bekerja di kantor PT itu. Aku berpikir bahwa usaha ini itung-itung sebagai ganti rugi seperti negara memberi dana pampasan perang kepada negara yang dulu dijajahnya, atau katakanlah ganti rugi semacam Iugun Iyanfu dari Jepang kepada wanita yang mereka renggut kehormatannya dimasa perang.

Aku ingin bercerita ke belakang bagaimana awalnya aku mengenal mereka satu persatu.

Aku pertama kenal dengan Ade dan Sari. Pada waktu itu aku dikenalkan oleh temanku. Temanku mengajak aku untuk “bermain “ di motel dengan kedua mereka. Pesan temanku bahwa kedua anak ini masih perawan, jadi hanya boleh ditelanjangi dan dicumbu saja, tetapi tidak disetubuhi.

Pada waktu itu aku setuju-setuju saja. Aku dan temanku Adi bersama Ade dan Sari meluncur ke satu motel di daerah Pluit. Aku berpasangan dengan Sari dan Adi dengan Ade.

Sari masih malu-malu karena umurnya pada waktu itu masih 15 tahun. Badannya masih kecil dan tingginya kutaksir sekitar one hundred fifty cm. Sari mempunyai kelebihan teteknya sangat besar. Meski umurnya masih remaja atau ABG, tetapi teteknya sudah besar menggelembung seperti ibu-ibu yang sedang menyusui anaknya. BHnya kuingat no 34 C.

Mulanya Sari kugandeng ke tempat tidur. Dia masih malu dan menundukkan kepalanya. Aku merangkulnya dan menciumi rambutnya, pipinya, keningnya lalu mulutnya.

Sari kelihatannya pasrah kucumbui. Nyaris tanpa perlawanan. Tanganku menjelajah meremas-remas kedua teteknya dari luar. Resleting bajunya dibelakang pelan-pelan aku buka dan kuturunkan baju bagian atasnya.

Terlihat BH yang seperti tidak muat menampung tetek Sari. Pengait BHnya aku lepas di bagian belakang dan kupelorotkan sehingga kedua buah dadanya bebas menggantung. Tetek Sari kelihatan sangat besar. Aku remas-remas terasa kenyal.

Jariku mencari putingnya, tetapi tidak teraba. Ketika mulutku menelusuri buah dadanya, aku mencari pentilnya. Pentil susu Sari ternyata terbenam. Yang terlihat hanya lingkaran hitam.

Aku sedot pentilnya dan ku jilat-jilat, sampai akhirnya pentilnya mencuat. Namun hanya kecil saja dan terasa mengeras. Sari kegelian ketika pentilnya aku jilati.

Sementara itu tanganku menelusur ke bagian bawah aku langsung meraba celana dalamnya. Gundukan memeknya terasa ditelapak tanganku. Aku meremas sebentar lalu berusaha memasukkan tanganku ke balik celana dalamnya.

Jari-jariku merasa rambut kemaluannya masih sedikit. Kuraba belahan memeknya dan kumainkan sebentar clitorisnya. Sari berjingkat-jingkat ketika jariku menyentuh clitorisnya.

Aku lalu menurunkan celana dalamnya sekaligus membuka seluruh bajunya sampai dia telanjang bulat. Kuciumi sebentar lalu aku mengambil handuk dan menyerahkan ke Sari agar dia bersihkan diri dulu ke kamar mandi. Diraihnya handuk lalu dililitkan ke badannya.

Sari kembali dari kamar mandi dengan badan dililit handu. Aku mengajaknya berbaring di sebelahku. Sementara Sari ke kamar mandi aku sudah membuka seluruh bajuku sampai telanjang bulat.

Kubuka lilitan handuk itu lalu kusingkirkan. Aku kembali mencumbu Sari mulai menciumi teteknya lalu perlahan-lahan turun ke memeknya. Sari sempat menahanku agar memeknya tidak aku cium. Tetapi dengan mudah tangannya kusingkirkan dan lidahku langsung menyerbu clitorisnya.

Sari kegelian dan berkali-kali meminta aku menghentikan aksiku. Permintaannya tidak aku perdulikan, sampai akhirnya Sari menikmati oral ku. Aku terus menyerang itil Sari. Dia terus bergelinjang-gelinjang sambil sekali-kali teriak “Ooooh…… ooooohh”

Cukup lama juga membuat Sari mencapai orgasmenya. Leherku sampai terasa pegal.

Kepalaku dijepit kedua kakinya dan memeknya bergerak-gerak serta cairan meleleh keluar dari belahan memeknya.

Kukangkangkan kedua kakinya dan kepala penisku ku usap usapkan ke belahan memeknya. “ Kak jangan dimasuki aku masih perawan,” katanya.

Aku katakan bahwa aku tidak memasukkan cuma mengoles-oles saja. Sambil duduk besimpuh kupegangin penisku dan ku oles-oleskan kepalanya ke belahan memek Sari. Sambil memperhatikan bentuk memeknya, dengan membuka belahan memeknya lebih lebar, penisku kucoba kudorongkan masuk sedikit.

Kepala penisku bisa masuk sedikit. Sari mengeluh sakit. Aku hanya memutar-mutar kepala penisku yang sedikit terbenam di belahan memeknya sampai akhirnya aku merasa gelombang orgasmeku akan tercapai. Menjelang ejakulasi kutarik keluar penisku dan kutumpahkan ke perut Sari.

Puas sudah rasanya meskipun tidak melakukan hubungan. Aku membimbing Sari ke kamar mandi dan kami saling membersihkan diri. Sari keluar dengan lilitan handuk sedang aku masih telanjang bulat dengan penis yang sudah loyo.

Telepon kamar berbunyi, ternyata Adi minta tukar. Aku setuju. Sari kusuruh berpakaian karena temanku adi mau masuk. Sari langsung menyambar semua bajunya dan segera mengenakannya. Sedang aku banya mengenakan celana dalam saja.

Pintu kamarku diketuk. Ketika dibuka muncul Adi dan Adek. Adi masuk menarik Adek dan dia lalu mengajak Sari dengan menggandengnya. Sari mulanya tidak mau, tetapi Adi setengah memaksa dan menggelandangnya keluar kamarku lalu masuk ke kamarnya.

Adek duduk di tempat tidur. Aku tanyai mengenai diapakan saja tadi oleh Adi, Adek malu-malu dan menunduk, diciumi. “ Kak Adi orangnya kasar,” kata Adek.

“ Buka deh bajunya,” kataku.

Adek berdiri lalu melepas bajunya satu persatu. BHnya kelihatan masih kecil, mungkin baru no 32. Aku membantu melepaskan kaitan BH lalu memelorotkan celananya. Tetek Adek memang masih kecil, tetapi pentilnya menonjol dengan lingkaran kecil di sekelilingnya.

Putingnya masih kecil pula. Jembutnya juga masih sedikit, hanya tumbuh di ujung lipatan atas. Sedangkan di cembungan memeknya kiri dan kanan masih polos.

Aku membimbing Adek ke kamar mandi untuk membersihkan badannya dan membersihkan juga memeknya dengan sabun. Adek kegelian ketika tanganku membersihkan memeknya, sehingga melakukan gerakan menghindar.

Aku menyerahkan handuk yang tadi dipakai Sari dan kulilitkan ke tubuhnya. Adek kubaringkan dan handuknya ku buka. Kulitnya lebih putih dari Sari, telentang dengan perut rata dan tetek yang menggumpal kecil. Nonoknya menonjol dan di puncaknya ada sedikit jembut.

Aku mulai menciumi kedua teteknya dan menjilat serta menggigit pelan. Adek kegelian. Tanganku merabai memeknya dan memainkan belahannya. Jari tengahku ku coba memasukkan ke lubang vaginanya. Tanganku ditarik, karena katanya sakit.

Aku lalu menekan-nekan clitorisnya sampai akhirnya agak mencuat. Mulutku berpindah operasi dari tetek ke memek. Aku langsung menyerbu clitoris Adek. Dia bergelinjang kaget, ketika itilnya tersentuh. Aku terus menjilati sekitar itilnya sampai dia merasa berkurang gelinya.

Setelah kurasa Adek tidak merasa geli lagi aku langsung memusatkan jilatanku ke itilnya. Adek relatif lebih cepat mendapat orgasme dibanding Sari. Setelah dia menyelesaikan orgasmenya, memeknya terasa berlendir. Aku kembali besimpuh dan mengoleskan kepala pensiku ke belahan memeknya.

Adek seperti juga Sari minta agar aku tidak memasukkan penisku ke memeknya. Aku berkilah bahwa hanya menempel-nempelkan saja. Meskipun begitu aku tetap penasaran ingin memasukkan sedikit penisku. Kepala penisku berhasil masuk.

Lumayan juga. Aku mencoba lagi menekan lebih jauh. Seluruh kepala penisku berhasil masuk. Ketika kutekan lagi Adek mengeluh memeknya perih. Aku menghentikan terobosan penisku. Posisiku berubah dengan menindih Adek. Penisku masih tertancap di memeknya dan aku menggerakkan maju mundur sedikit-sedikit sambil berusaha juga memasukan lebih jauh.

Tapi selalu gagal masuk lebih dalam karena Adek menarik pinggulnya. Dia merasa sakit. Aku bosan dengan posisi seperti ini lalu berbaring di samping Adek. Aku minta Ade mengulum penisku. Adek bangkit dan mengambil handuknya lalu membersihkan sisa lendir memeknya di ujung penisku.

Dia mengulum penisku dan menyedot-nyedotnya. Rasanya nikmat sekali seperti air maniku dipaksa ditarik keluar. Aku tidak mampu bertahan lama-lma. Kepala Adek kudorong keatas dan aku langsung membekap penisku yang menyemprotkan maninya.

Puas sudah setelah klimaks, meskipun aku tidak menyetubuhinya secara lengkap. Kami lalu ke kamar mandi bersama. Segar dan lega rasanya.

Kami kembali berpakaian. Setelah itu aku menelepon Adi, menanyakan apakah “permainan” sudah selesai. Ternyata di seberang sana juga sudah complete. Sebelum berpisah aku memberinya sekedar uang saku, yang menurut ukuran seumuran itu lumayanlah.

Kepada Adek dan Sari aku memberi no pager ku. Pada waktu itu belum ada HP, yang ada baru pager. Tentunya ini tanpa sepengatahuan mereka, maksudnya Adek tidak tahu aku memberi no ke Sari dan Sari tidak tahu aku memberi no ke Adek.

Entah kalau kemudian mereka saling membukanya. Ku katakan kepada mereka kalau ingin menghubungiku, bisa melalui pager itu atau ke nomor telepon kantorku.

Aku dan Adi mengantar mereka ke daerah Mampang. Selepas itu aku dan Adi saling bertukar cerita mengenai pengalaman tadi. Ngocoks.com

Setelah acara bercumbu itu yang kuingat adalah hari Sabtu, hari Selasa kemudian operator menghubungiku dan menyambungkan telepon dari luar. Ternyata di seberang sana Adek. Dia minta ketemuan denganku sore nanti. Aku paham, bahwa dia menginginkan duit dariku.

Permintaannya kusanggupi, tapi aku mau jangan hanya ketemu saja tetapi ke Motel. Ade setuju. Dia menunggu di satu klinik . Aku mengajaknya memasuki mobil. Dari situ aku langsung menuju motel di daerah Kemang. Waktu itu masih ada motel di belakang Lodge Kemang.

Kami masuk dan aku tanpa basa basi lagi memintanya membuka baju dan membersihkan diri ke kamar mandi. Adek menuruti kemauanku. Dia mengambil handuk dan berlalu ke kamar mandi. Sementara itu aku langsung membuka baju sampai telanjang dan berbaring telentang dengan penisku mengacung ke atas.

Adek keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk saja. Bajunya dia tinggalkan di kamar mandi. Adek duduk di pinggir bed lalu kutarik rebah disampingku. Handuknya kubuka dan kusisihkan ke meja kecil dekat tempat tidur. Aku menciuminya mulai rambut, kening, belakang kuping leher lalu ke mulutnya. Kami cukup lama berpagutan sambil tanganku meremas-remas tetek kecilnya lalu mengorek-ngorek memeknya.

Aku meneruskan menghisap-hisap kedua putingnya. Memek Adek terasa mulai berlendir. Aku berpindah mengoral memeknya sampai dia mencapai orgasme. Setelah itu giliran aku minta di services, maksudnya di oral.

Bersambung…memek lembut

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Comments on “bokep indo, bokep jepang, bokep melayu, bokep malaysia, bokep bocil, bokep indo viral, bokep warm, bokep montok, bokep jepang warm, bokep enak, memek enak, memek lembut, kontol ngaceng, kontol kuda, kontol pria”

Leave a Reply

Gravatar